Sabtu, 21 Maret 2020

Penyebab Penyakit Usus Buntu dan Gejalanya yang Harus Diwaspadai


Penyebab Penyakit Usus Buntu dan Gejalanya yang Harus Diwaspadai



Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

Usus buntu dalam bahasa Latin disebut sebagai Appendix vermiformis, organ ini ditemukan pada manusia, mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Pada awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak mempunyai fungsi, tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) yang memiliki/berisi kelenjar limfoid.


Radang usus buntu (Apendisitis) merupakan kondisi medis serius di mana usus buntu, organ kecil berbentuk jari yang melekat pada usus besar, menjadi bengkak dan meradang. Panjang usus buntu, yang bentuknya mirip cacing yang menempel pada bagian awal usus besar adalah sekitar 8,5 cm. Penyebab usus buntu tidak selalu jelas, tapi terkadang bisa disebabkan karena infeksi virus, bakteri, atau jamur yang telah menyebar ke usus buntu yang menyebabkan pembengkakan jaringan apendiks yang menyebabkan apendisitis.


Penyebab usus buntu sendiri memang belum diketahui secara pasti hingga saat ini. Penyakit usus buntu paling sering disebabkan oleh obstruksi di area dalam usus buntu yang disebut dengan lumen usus buntu. Ada beberapa penyebab usus buntu yang membuat area tersebut tersumbat, misalnya, batu usus buntu, cacing usus atau parasit, iritasi akibat penyakit kronik, adanya benda asing, serta cedera abdomen.


Usus buntu sebenarnya merupakan rumah bagi bakteri yang bermanfaat. Namun, ketika organ ini terinfeksi atau tersumbat, bakteri berkembang biak dengan cepat, menyebabkan usus buntu membengkak dan terisi dengan nanah, cairan kental yang mengandung bakteri, sel-sel jaringan, dan mati saat sel darah putih melawan infeksi.

Gejala nyeri perut tersebut dapat disertai gejala lain, di antaranya:

Kehilangan nafsu makan
Perut kembung
Tidak bisa buang gas (kentut)
Mual
Konstipasi atau diare
Demam
Konsultasikan kepada dokter apabila mengalami nyeri perut yang perlahan-lahan makin parah dan meluas ke seluruh daerah perut. Kondisi tersebut dapat menjadi tanda usus buntu telah pecah, dan mengakibatkan infeksi rongga perut atau peritonitis .
Penyebab Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu terjadi karena rongga usus buntu mengalami infeksi. Dalam kondisi ini, bakteri berkembang biak dengan cepat sehingga membuat usus buntu meradang, bengkak, hingga bernanah. Banyak faktor yang diduga membuat seseorang mengalami radang usus buntu, di antaranya:

Hambatan pada pintu rongga usus buntu
Penebalan atau pembengkakan jaringan dinding usus buntu karena infeksi di saluran pencernaan atau di bagian tubuh lainnya
Tinja atau pertumbuhan parasit yang menyumbat rongga usus buntu
Cedera pada perut.
Kondisi medis, seperti tumor pada perut atau inflammatory bowel disease.
Kendati demikian, penyebab penyakit usus buntu tetap belum dapat dipastikan. 


Diagnosis Penyakit Usus Buntu
Diagnosis penyakit usus buntu dimulai setelah dokter menanyakan gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menilai rasa nyeri, dan dilakukan dengan menekan area yang terasa nyeri. Radang usus buntu ditandai oleh rasa nyeri yang semakin parah setelah tekanan tersebut dilepas dengan cepat.

Guna memastikan diagnosis, dokter perlu melakukan sejumlah tes. Tes yang dilakukan berupa:
Tes darah, guna memeriksa jumlah sel darah putih yang menandakan adanya infeksi.
Tes urine, untuk menghapus kemungkinan adanya penyakit lain, misalnya infeksi saluran kemih atau batu ginjal.
CT scan atau USG, untuk memastikan rasa nyeri pada perut disebabkan penyakit usus buntu.
Pemeriksaan panggul, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan masalah reproduksi atau infeksi panggul lainnya.
Tes kehamilan, guna memastikan rasa nyeri tersebut bukan disebabkan kehamilan ektopik.
Foto Rontgen dada, untuk memastikan rasa nyeri bukan disebabkan pneumonia sebelah kanan, yang gejalanya mirip radang usus buntu.


Pengobatan Penyakit Usus Buntu
Langkah pengobatan utama untuk penyakit usus buntu adalah melalui prosedur operasi pengangkatan usus buntu, atau yang dikenal dengan istilah apendektomi. Namun sebelum dilakukan operasi, penderita biasanya diberi obat antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi, terutama pada usus buntu yang belum pecah namun sudah terbentuk abses. Sedangkan pada usus buntu yang ringan, pemberian antibiotik sebelum operasi dapat memulihkan kondisi sebagian pasien, sehingga operasi tidak perlu dilakukan.

Terdapat dua cara dalam melakukan apendektomi, yaitu secara laparoskopi atau operasi lubang kunci, dan bedah terbuka atau laparotomi. Kedua teknik bedah tersebut diawali dengan melakukan bius total pada pasien. Operasi usus buntu dengan laparoskopi dilakukan dengan membuat beberapa sayatan kecil sebesar lubang kunci pada perut, untuk memasukkan alat bedah khusus yang dilengkapi kamera untuk mengangkat usus buntu. Operasi ini lebih disukai karena proses pemulihannya lebih singkat. Operasi jenis ini juga dianjurkan pada penderita lansia atau obesitas.

Sementara operasi dengan bedah terbuka dilakukan dengan membedah perut bagian kanan bawah sepanjang 5-10 sentimeter, dan mengangkat usus buntu. Bedah terbuka ini sangat dianjurkan untuk kasus usus buntu di mana infeksi telah menyebar ke luar usus buntu, atau jika usus buntu sudah bernanah (abses).

Sementara untuk kasus usus buntu yang telah pecah dan terjadi abses, perlu dilakukan pengeluaran nanah terlebih dahulu dari abses menggunakan selang yang dimasukkan melalui sayatan pada kulit. Pelaksanaan apendektomi baru bisa dilakukan beberapa minggu kemudian setelah infeksi terkendali.

Proses pemulihan pasca apendektomi pada bedah laparoskopi lebih singkat dibanding bedah terbuka. Pasien dapat pulang dari rumah sakit beberapa hari pasca operasi. Namun jika terjadi komplikasi saat operasi, maka perawatan di rumah sakit dapat berlangsung lebih lama. Selama masa pemulihan, pasien tidak diperbolehkan mengangkat beban yang berat, dan dianjurkan untuk tidak  berolahraga dahulu selama sekitar 6 minggu. Setelah itu, pasien dapat kembali beraktivitas secara normal.

Komplikasi Penyakit Usus Buntu
Penyakit usus buntu yang tidak diobati berisiko menimbulkan komplikasi yang membahayakan. Komplikasi tersebut antara lain:

Abses atau terbentuknya kantong berisi nanah. Komplikasi ini muncul sebagai usaha alami tubuh untuk mengatasi infeksi pada usus buntu. Penanganannya dilakukan dengan penyedotan nanah dari abses atau dengan antibiotik. Jika ditemukan dalam operasi, abses dan bagian di sekitarnya akan dibersihkan dengan hati-hati dan diberi antibiotik.
Peritonitis. Peritonitis adalah infeksi pada lapisan dalam perut atau peritoneum. Peritonitis terjadi saat usus buntu pecah dan infeksi menyebar hingga ke seluruh rongga perut. Penanganan kasus ini dilakukan dengan pemberian antibiotik dan tindakan bedah terbuka secepatnya, untuk mengangkat usus buntu dan membersihkan rongga perut. Peritonitis ditandai dengan nyeri seluruh perut yang hebat dan terus menerus, demam, serta detak jantung yang cepat.


Penyakit usus buntu perlu segera diatasi agar tidak menimbulkan komplikasi namun operasinya membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, mendaftarkan diri Anda sebagai anggota asuransi kesehatan bisa menjadi pilihan praktis untuk menghemat pengeluaran saat berobat.

Dalam banyak kasus, penyebab usus buntu tidak sepenuhnya diketahui. Namun peradangan dapat terjadi karena dipicu oleh berbagai faktor risiko di bawah ini:

1. Penyumbatan

Penyebab usus buntu yang paling umum adalah adanya sumbatan pada usus buntu. Penyumbatan ini biasanya disebabkan oleh feses, benda asing, atau bahkan sel kanker.

Penyumbatan ini kemudian dapat menjadi rumah baru bagi bakteri untuk berkembang biak. Hal ini lama kelamaan dapat mengakibatkan usus buntu jadi meradang, bengkak, dan dipenuhi dengan nanah. Penyumbatan ini pun bisa bersifat sebagian atau seluruh menutupi saluran usus buntu. Bila penyumbatan menutup keseluruhan rongga usus buntu, ini perlu dioperasi.

2. Faktor genetik

Selain karena penyumbatan oleh feses maupun benda asing, faktor genetik ternyata turut ikut ambil bagian sebagai penyebab usus buntu akut. Sebanyak 56 persen penyebab usus buntu merujuk pada faktor genetik.

Risiko usus buntu pada anak yang setidaknya terikat darah dengan satu anggota keluarga inti yang punya riwayat usus buntu (aktif atau sudah pernah diobati), meningkat sepuluh kali lipat dibandingkan dengan anak yang berasal dari keluarga bebas usus buntu.

Penyebab usus buntu akut diturunkan oleh keluarga dilaporkan terkait dengan sistem HLA (antigen leukosit manusia) dan golongan darah. Mereka juga menemukan bahwa golongan darah A memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami usus buntu daripada golongan O.



3. Infeksi virus

Dr. Edward Livingston, kepala Operasi GI endokrin di UT Southwestern, menyatakan bahwa penyebab usus buntu mungkin saja disebabkan oleh infeksi virus penyebab atau infeksi yang belum ditentukan. Hasil ini tertuang dalam sebuah makalah yang terbit di Archives of Surgery edisi Januari tahun 2010.

Para peneliti juga menemukan kecenderungan peningkatan kasus usus buntu selama musim panas. Meski begitu, belum ditemukan hubungan sebab-akibat pasti antara kedua faktor ini



Makanan penyebab usus buntu

1. Makanan pedas

Biji cabai yang tidak hancur memang dapat menyumbat usus dalam jangka waktu panjang, dan akhirnya menjadi penyebab usus buntu. Namun, sebenarnya makanan pedas bukanlah masalah utama yang menyebabkan kondisi tersebut. Bagaimanapun, makanan pedas dapat menyebabkan kondisi lain yang dapat membuat Anda merasa tidak nyaman dan mungkin menyerupai gejala awal penyakit usus buntu.

Makan makanan pedas seperti cabai, paprika pedas, atau saus sambal dapat menyebabkan gangguan pencernaan. Gangguan pencernaan ini dapat menyebabkan rasa sakit parah di daerah antara tulang dada dan pusar, disertai dengan mual. Rasa sakit dapat menjadi sangat tidak nyaman, yang mungkin sulit dibedakan dengan gejala usus buntu.

Jika Anda mencurigai ada gejala usus buntu, maka segera mencari bantuan medis . Kondisi usus buntu tidak akan pergi dengan sendirinya kecuali ada bantuan perawatan medis. Jika Anda rentan terhadap gangguan pencernaan yang menyakitkan setelah makan makanan pedas, maka Anda harus membatasi kuantitas dan frekuensi konsumsi makanan tersebut.             


2. Penimbunan makanan yang tidak hancur dikunyah

Seperti yang kita ketahui, makanan yang tersumbat adalah salah satu penyebab usus buntu. Potongan kecil makanan dapat memblokir permukaan rongga yang membentang di sepanjang usus buntu, dan itu dapat mengakibatkan pembengkakan dan pembentukan nanah. Potongan kecil makanan yang menyumbat permukaan akan membuat bakteri terbentuk di dalam usus buntu. Jika tidak diobati, radang akan menyebabkan usus buntu pecah dan menyebarkan bakteri ke seluruh tubuh.

Jadi, sebenarnya Anda tidak bisa kena usus buntu setelah makan sesuatu. Harus ada banyak sekali makanan yang tidak hancur yang menumpuk atau menimbun di usus, barulah bisa terjadi peradangan usus buntu. Dengan kata lain, sekali makan saja tidak akan langsung menjadi penyebab usus buntu.

Ini karena tubuh dan sistem pencernaan manusia sudah punya cara khusus untuk melumatkan makanan yang masuk. Yaitu dengan enzim pencernaan yang sifatnya asam. Setelah dikunyah di mulut, makanan akan lantas dihancurkan oleh enzim. Jadi, biasanya penyebab usus buntu yaitu pola makan, terlalu sering mengonsumsi makanan yang tidak benar-benar hancur meski sudah dikunyah.

3. Makanan rendah serat

Meningkatnya konsumsi makanan cepat saji, yang tinggi karbohidrat dan rendah serat dapat meningkatkan risiko radang usus buntu. Dalam sebuah penelitian terhadap hampir dua ribu orang anak di Yunani, ditekankan bahwa anak-anak dengan radang usus buntu memiliki asupan serat yang lebih rendah dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memilikinya.

Dalam studi kasus lainnya yang dilakukan di Amerika Serikat, ditemukan bahwa anak-anak yang memiliki persentase asupan serat lebih dari 50% memiliki risiko 30% lebih rendah terkena radang usus buntu, dibandingkan dengan anak yang jarang makan serat.

Selain itu, konsumsi gula dan makanan manis yang besar dapat menyebabkan sembelit dan meningkatkan pemaparan infeksi, yang pada akhirnya menjadi penyebab usus buntu.

MYSAIPRESS,PLMSAIPRESS & MYADAM TERBUKTI MEMBANTU MENYEMBUHKAN RADANG USUS BUNTU.



Testimoni 




*KEUNGGULAN PRODUK HERBAL PLM JAYA :*
=======================================
- Produk di racik Oleh seorang Arkeolog Dunia Prof.Dr.H. Datuk Abdul Manan bin Embong
- Produk 100% bahan baku herbal sunnah dari timur tengah
- Bahan baku di ambil dari anjuran Al-Quran dan Sunnah
- Formula nya di ambil dari Kitab ibnu sina dan kitab Mesir kuno
- Bahan baku produk di dalamnya terdapat 3 warisan sejarah para Nabi
- Nabi Nuh A.s pada Pohon Cypress
- Nabi Ibrahim A.s / Nabi Ismail A.s pada Air Zam-zam
- Nabi Muhammad SAW pada Garam Hunza
- Produk 100% Halal dan sudah BPOM
- Produk terbukti berkhasiat
- Fakta Produk Laris manis di Pasaran
========================================
Info.Harga / Pemesanan Produk :
wa.me/0895412961369



Mysaipress 1 botol isi 20 kapsul

Harga Mysaipress:
1 botol Rp 235.000
>10 botol Rp 175.000/botol

Cara order Mysaipress 

Ketik:Mysaipress#jumlah#Nama#Alamat lengkap
Kirim ke SMS/WA 0895412961369







Jual Mysaipress dan PLMsaipress Siap Kirim ke Seluruh Indonesia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*EDUKASI TENTANG DAHSYATNYA KEKUATAN PRODUK PLM SAIPRESS TETES !!!!*

*EDUKASI TENTANG DAHSYATNYA KEKUATAN PRODUK PLM SAIPRESS TETES !!!!* 1) Kualitas Produk Terbukti ampuh,  bukan kaleng-kaleng 2...